Actanews.id – Menjelang Pilkada 2024, rakyat Indonesia berada di persimpangan jalan yang krusial. Rakyat dihadapkan pada pilihan antara sosok baru yang membawa harapan dan perubahan, atau penguasa petahana yang kerap kali sesumbar dengan janji-janji manis. Penguasa petahana ini sering bersuara lantang bahwa kepemimpinan mereka berfokus pada kemaslahatan rakyat dan keberlanjutan, namun apakah realitas di lapangan mendukung klaim tersebut?
Tidak bisa dipungkiri bahwa ada beberapa keberhasilan yang telah diraih oleh petahana selama memimpin. Namun, akhir-akhir ini kita sering menyaksikan bagaimana mereka lebih sibuk dengan pencitraan daripada bekerja nyata untuk rakyat. Popularitas dan penampilan menjadi fokus utama agar berhasil terpilih kembali, bukan hasil konkret dan penyelesaian program kerja yang telah dicanangkan. Tindakan nyata dan program yang seharusnya menjadi inti dari kepemimpinan, tertutupi oleh gemerlapnya citra positif yang hanya sementara.
Dalam konteks ini, rakyat harus mulai berpikir kritis. Menjelang Pilkada 2024, rakyat memerlukan pemimpin yang benar-benar bekerja demi kemaslahatan masyarakat, bukan yang sibuk dengan drama politik dan pencitraan kosong.
Oleh karena itu, sudah saatnya rakyat menolak pencitraan kosong yang dilakukan oleh petahana saat ini. Rakyat harus lebih jeli dan belajar dari pengalaman serta hasil kepemimpinan yang telah dijalani. Kepemimpinan sejati adalah mereka yang fokus pada pekerjaan nyata dan memberikan hasil yang bermanfaat bagi masyarakat hingga akhir masa jabatannya.
Sebagai masyarakat yang cerdas, kita juga harus lebih kritis dalam menilai pemimpin kita. Jangan mudah terpesona oleh pencitraan yang gemerlap tapi kosong makna. Mari kita dukung mereka yang benar-benar bekerja keras untuk kemaslahatan masyarakat, bukan mereka yang hanya pandai bersandiwara di atas panggung politik.
Penulis opini : Agung Suryawirawan
Ketua Komunitas Pemerhati Banyuwangi (KPB)
