BANYUWANGI, ActaNews.id – Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Banyuwangi, Letkol Laut (P) Muhamad Puji Santoso, M.Sc., bersama Ketua Cabang 6 Korcab V Daerah Jalasenastri Armada II, Ny. Dilla Puji Santoso, menghadiri prosesi adat Ithuk-Ithukan di Dusun Rejopuro, Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, Sabtu (10/5/2025). Kehadiran mereka disambut hangat masyarakat setempat yang antusias mengikuti ritual budaya tahunan tersebut.
Ithuk-Ithukan merupakan tradisi warisan leluhur yang digelar setiap tanggal 12 Dzulqa’dah dalam penanggalan Hijriah. Tahun ini, perayaan itu bertepatan dengan 10 Mei. Upacara sakral ini menjadi simbol rasa syukur masyarakat atas limpahan rezeki dari alam, terutama air dari sumber mata air Sumber Hajar yang menjadi tumpuan hidup warga untuk kebutuhan domestik dan pertanian.
Prosesi diawali dengan arak-arakan peteteng ayam kampung—hidangan khas yang ditata unik di atas daun pisang (ithuk). Ratusan warga membawa hidangan itu berjalan kaki menuju Sumber Hajar, tempat digelarnya doa bersama yang dipimpin tokoh adat, masyarakat, dan jajaran TNI AL. Setelah doa, seluruh peserta menyantap hidangan secara komunal sebagai simbol persatuan dan syukur bersama.
Dalam sambutannya, Letkol Laut (P) Muhamad Puji Santoso menekankan pentingnya pelestarian budaya lokal sebagai bagian tak terpisahkan dari identitas nasional.
“Tradisi ini merupakan cerminan nilai-nilai luhur bangsa yang harus terus dijaga dan dilestarikan. Ithuk-Ithukan bukan sekadar seremoni, melainkan manifestasi nyata dari semangat gotong royong dan rasa syukur masyarakat. Dusun Rejopuro menjadi contoh nyata bagaimana kemajuan desa dapat selaras dengan pelestarian budaya,” ujar Danlanal.
Kehadiran Danlanal dan jajaran Lanal Banyuwangi juga menegaskan peran strategis TNI AL dalam mendukung ketahanan budaya sebagai bagian dari ketahanan nasional. Selain menjaga kedaulatan wilayah laut, TNI AL turut membangun kedekatan dengan masyarakat melalui pendekatan kultural.
Tokoh adat Rejopuro, Sarino, menyambut baik kehadiran Danlanal. Ia menilai kehadiran institusi militer menunjukkan penghargaan terhadap budaya lokal yang telah diwariskan turun-temurun.
“Ini bukan hanya tentang makanan atau ritual, tetapi tentang jati diri kami sebagai masyarakat adat yang hidup berdampingan dengan alam. Kami berterima kasih kepada Danlanal Banyuwangi atas perhatian dan penghormatan terhadap tradisi kami,” ungkapnya.
Rangkaian acara Ithuk-Ithukan tahun ini juga dimeriahkan dengan pentas seni tradisional dan pasar rakyat yang melibatkan UMKM desa binaan. Hal ini menjadi momentum penting dalam memperkuat sinergi antara pelestarian budaya, pemberdayaan ekonomi lokal, dan pelestarian kearifan lokal di tengah derasnya arus modernisasi.
(rag)