banner 728x250

SMK Negeri Kalibaru, dari Gedung Bekas hingga Menjadi Sekolah Kejuruan Unggulan di Banyuwangi

BANYUWANGI, Actanews.id  – Berdiri kokoh di tepi jalan raya Jember–Banyuwangi, SMK Negeri Kalibaru kini menjadi salah satu sekolah menengah kejuruan yang diperhitungkan di wilayah Banyuwangi, Jawa Timur. Namun di balik kemegahannya hari ini, tak banyak yang tahu bahwa sekolah ini lahir dari perjuangan panjang, kolaborasi lintas elemen masyarakat, dan tekad yang tak tergoyahkan.

Cikal bakal SMK Negeri Kalibaru bermula dari lahan seluas 3 hektare yang dulunya merupakan bekas gedung Sekolah Pertanian Menengah Atas (SPMA) Blambangan Kalibaru milik Pemerintah Daerah Banyuwangi. Setelah SPMA dipindahkan ke Licin, Glagah, sisa gedung di Kalibaru sempat dimanfaatkan oleh SMEA Wiyata 2 milik KORPRI Banyuwangi. Namun kondisi ini tak bertahan lama.

Tahun 2002 menjadi momentum penting. Sejumlah tokoh masyarakat Kalibaru, seperti Ir. Wahyudi dari DPRD, aktivis LSM Maharani Rudy Suharto, Kepala Desa Kalibaru Wetan H. Arifin, SE, dan Camat Drs. Yunus Hamzah, mengambil langkah berani. Mereka mengajukan proposal pendirian sekolah baru kepada Dinas Pendidikan dan Bupati Banyuwangi. Usulan itu diterima, dan lahirlah SMK Negeri Kalibaru sebagai filial dari SMK Negeri Glagah.

Empat tahun berselang, sekolah ini resmi berdiri sebagai institusi mandiri dengan tiga jurusan awal: Ekonomi, Perikanan, dan Peternakan. Pada angkatan perdana, hanya 63 siswa yang diterima, dan hanya 13 yang lulus ujian akhir. Namun berkat bantuan Kepala SMK Negeri Glagah, Drs. H. Sabari, M.Pd, dilakukan ujian ulang hingga akhirnya seluruh siswa dinyatakan lulus.

Kini, SMK Negeri Kalibaru menjelma menjadi institusi pendidikan yang maju pesat. Sekolah ini memiliki delapan jurusan, menampung sekitar 1.400 siswa, dan didukung oleh lebih dari 100 guru dan staf. Di bawah kepemimpinan Drs. Gatot Kurnianta, MM—yang dijuluki “komandan kompi” karena kedisiplinannya—SMK Negeri Kalibaru terus menunjukkan peningkatan mutu pendidikan dan tata kelola yang profesional.

Dalam wawancara khusus pada Minggu, 1 Juni 2025, Rudy Suharto, salah satu penggagas pendirian SMK Negeri Kalibaru, mengungkapkan bahwa perjuangan mendirikan sekolah ini bukanlah perkara mudah.

“Saat itu kami melihat kebutuhan nyata masyarakat Kalibaru akan pendidikan kejuruan yang terjangkau dan relevan. Banyak anak muda tidak melanjutkan sekolah karena biaya dan akses. Maka bersama DPRD, kepala desa, dan camat, kami nekat mengajukan proposal. Alhamdulillah, meski penuh tantangan, akhirnya dikabulkan,” ungkap Rudy.

Ia mengenang masa awal sekolah yang serba terbatas. Gedung tua, perabot seadanya, tapi semangat luar biasa.

“Kami mulai dari nol. Kursi pun seadanya. Tapi anak-anak dan guru sangat antusias. Bahkan saat hanya 13 dari 63 siswa yang lulus, kami tak menyerah. Saya sangat berterima kasih kepada Pak Sabari dari SMK Glagah yang membantu ujian ulang. Itu bentuk solidaritas yang tak ternilai.”

Melihat perkembangan sekolah saat ini, Rudy merasa bangga.

“Kalau sekarang orang lihat SMK Kalibaru besar, punya delapan jurusan dan ribuan murid, jangan lupakan sejarahnya. Ini buah dari gotong royong, doa masyarakat, dan tekad memajukan pendidikan. Saya bangga pernah menjadi bagian dari perjuangan itu,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *