Actanews.id — Sosok Lucky Maulana Pratama (25), barangkali tak pernah menyangka bahwa jejak langkahnya sebagai pembina pramuka dan satpam di MTs Negeri 1 Banyuwangi, provinsi Jawa Timur, membawa prestasi dan kebanggaan tersendiri bagi madrasah tersebut.
Sejak bergabung sebagai pembina pada tahun 2019 dan resmi menjadi satpam pada 2021, Lucky berhasil mengubah wajah ekstrakurikuler Pramuka di MTs N 1 Banyuwangi menjadi lebih hidup, aktif dan bersemangat, serta prestasi.
Berbekal latar belakang sebagai anggota paskibraka dan pengalaman organisasi serta keahlian beladiri silat, Lucky menanamkan kedisiplinan dan semangat kompetisi kepada anak didiknya. Tak heran, berbagai penghargaan pun berhasil diraih. Terbaru, tim Pramuka MTsN 1 Banyuwangi berhasil meraih Juara 1 Lomba Lampion Pramuka dalam Festival Lampion Banyuwangi.
Namun bukan itu saja. Lucky juga membawa tim kreasi baris-berbaris sekolahnya mengikuti berbagai event LKBB (Lomba Kreasi Baris-Berbaris), termasuk di Jember dan sebelumnya di Lumajang.
“Event di Jember kemarin itu menjadi titik balik, karena anak-anak berhasil membawa pulang Juara Umum, Juara 1 Utama, Best Kostum, dan Best Make Up. Ini semua berkat latihan keras mereka,” ungkap Lucky
Prestasi itu tidak datang tiba-tiba. Sebelumnya, mereka juga telah mengikuti ajang serupa di tingkat provinsi dan kabupaten. Bahkan untuk cabang drumband, tim MTsN 1 Banyuwangi berhasil meraih Juara 1 tingkat kabupaten, dan kini sedang bersiap menuju Pekan Olahraga Pelajar Provinsi (Porprov) di Malang pada Juni mendatang.

Sebagai bentuk dedikasi lebih lanjut, Lucky kini menjabat sebagai Komite Kompetisi di LKBB Cabang Banyuwangi, sebuah forum resmi yang menjadi wadah pengembangan kreasi baris di tingkat nasional. Ia terlibat aktif dalam pengembangan kegiatan ini agar bisa menjangkau berbagai jenjang pendidikan, dari SD hingga SMA/SMK, sehingga semakin banyak anak muda yang terfasilitasi dalam bidang non-akademik.
Menurut Lucky, tidak semua anak unggul di bidang akademik, namun harus semangat dan dapat berprestasi di bidang non akademik.
“Kalau memang anak-anak belum berprestasi di bidang akademik, anak-anak harus punya ruang untuk berprestasi di bidang lain. Jangan sampai anak-anak kehilangan semangat dan arah. Prestasi itu banyak bentuknya, dan tugas kita membukakan pintu itu untuk mereka,” jelasnya.
Pandangan ini menjadi cerminan dari filosofi pendidikan yang humanis: bahwa setiap anak memiliki potensi masing-masing, dan tugas pendidik adalah menyalakan penerang di jalan mereka. Lucky tidak hanya menjadi penjaga gerbang sekolah secara fisik, tetapi juga menjadi penjaga semangat dan mimpi para siswa.

Melalui semangatnya, Lucky Maulana Pratama telah menunjukkan bahwa peran seorang pendidik tak selalu harus dimulai dari gelar tinggi atau jabatan formal. Yang utama adalah niat tulus untuk membimbing, serta tekad untuk terus belajar dan tumbuh bersama peserta didik.