banner 728x250

Guru TK di Banyuwangi Dilatih Gunakan AI untuk Pelestarian Budaya Osing Sejak Dini

Banyuwangi, Actanews.id  – Upaya pelestarian budaya lokal kini mulai menyentuh dunia pendidikan usia dini. Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Jember menggelar pelatihan bertajuk “Pengembangan Media Pembelajaran Budaya Osing Berbasis Artificial Intelligence (AI) Sebagai Sarana Pelestarian Budaya pada Anak Usia Dini”, yang digelar di TK Sayuwiwit, Kecamatan Banyuwangi, Sabtu (7/6/2025).

Kegiatan ini melibatkan guru-guru dari enam lembaga TK yang tergabung dalam Gugus 6 Barong Ider Bumi. Para peserta dibekali pengetahuan dan keterampilan dalam mengembangkan media pembelajaran digital dengan teknologi kecerdasan buatan (AI) yang mengangkat kekayaan budaya Osing, masyarakat asli Banyuwangi.

“Anak-anak saat ini sangat akrab dengan teknologi. Maka, pelestarian budaya melalui pendekatan digital adalah langkah strategis agar mereka tetap terhubung dengan jati diri lokal di era modern,” ungkap Reski Yulina Widiastuti, ketua tim pengabdian.

Dalam pelatihan tersebut, para guru diperkenalkan pada berbagai aplikasi AI untuk dunia pendidikan, mulai dari pembuatan teks cerita, gambar, video, suara, musik, hingga animasi 3D. Tak hanya teori, para peserta juga praktik langsung membuat media ajar berbasis AI yang kontekstual dan menarik.

Salah satu momen yang paling diminati adalah saat para guru diajak menciptakan lagu anak bertema budaya lokal menggunakan bantuan AI. Lagu tersebut dirancang dengan menggali unsur khas Banyuwangi seperti tarian tradisional, kuliner, bahasa Osing, dan potensi alam, kemudian dipadukan dengan melodi ceria yang dihasilkan oleh AI generatif.

“Saya sangat terkesan karena ternyata membuat lagu dan animasi bisa dilakukan dengan bantuan AI. Ini sangat membantu kami untuk lebih kreatif dalam mengenalkan budaya kepada anak-anak,” ujar Nanik, guru TK asal Kecamatan Kebalenan.

Tak hanya lagu, para guru juga diajak membuat animasi 3D sederhana yang menampilkan flora dan fauna khas Banyuwangi, seperti bunga, buah lokal, hingga hewan laut dan satwa hutan Alas Purwo. Animasi ini nantinya bisa digunakan sebagai media visual interaktif untuk pembelajaran di kelas.

Menurut Reski, pelatihan ini tidak hanya mengenalkan teknologi, tapi juga mendorong guru untuk memanfaatkannya sebagai alat bantu strategis dalam menciptakan metode pembelajaran berbasis nilai-nilai budaya. “Dengan AI, guru bisa menciptakan konten edukatif tanpa harus menjadi ahli teknologi,” tegasnya.

Selain pelatihan teknis, kegiatan ini juga menjadi ajang diskusi dan kolaborasi antarguru untuk membentuk komunitas kreatif pencipta konten budaya lokal di lingkungan sekolah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *