banner 728x250

Tiga Agus Viral, Disebut “Tree Agus” Turunan Majapahit

Jakarta, Actanews.id  – Tiga tokoh nasional mendadak menjadi perbincangan hangat di media sosial. Mereka adalah Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Jenderal Pol (Purn) Drs. H. Agus Adrianto, S.H., M.H., Kakorlantas Polri Irjen Pol Drs. Agus Suryonugroho, S.H., M.Hum., serta Ketua Umum Perkumpulan Wartawan Fast Respon (PW FRN) R. Mas M.H. Agus Flores Rugiarto, S.H., M.H.

Ketiganya dikenal dengan julukan “Tree Agus” atau A3 (Agus Tiga Sekawan). Selain memiliki nama depan yang sama, ketiganya dinilai memiliki kesamaan karakter: pekerja keras, selalu berprestasi, dan dikenal memiliki “tangan dingin” dalam memimpin institusi atau organisasi yang mereka pimpin.

Menurut praktisi metafisik asal Jawa Timur, Mbah Sastro, kesamaan ini bukan sekadar kebetulan. Ia bahkan menyebut bahwa ketiganya kemungkinan besar berasal dari satu trah, yakni keturunan Majapahit. “Weton mereka hampir serupa, karakternya juga kuat. Jangan-jangan mereka ini keturunan langsung dari Brawijaya V,” ujar Mbah Sastro, Senin (26/5).

Hal menarik lainnya, di ruang kerja masing-masing tokoh ini terdapat foto Mahapatih Gajah Mada dan koleksi keris pusaka bernuansa Kejawen. Meskipun ketiganya dikenal sibuk, hubungan komunikasi mereka sangat erat, bahkan kerap bercanda seperti kakak beradik ketika bertemu.

“Mereka ini bukan hanya pemimpin, tapi juga seniman. Multitalenta. Bahkan mampu, kalaupun mereka diharuskan tampil di panggung Stand Up Comedy ,” tambah Mbah Sastro.

Ketiganya juga memiliki latar belakang pendidikan yang sama kuat: sama-sama bergelar Magister Hukum dan Magister Humaniora. “Tidak sembarang orang tua bisa menyekolahkan anaknya sampai gelar master. Ini bukti bahwa mereka berasal dari keluarga yang punya visi jauh ke depan,” ujarnya.

Dari sisi kepemimpinan, menurut pengakuan para staf dan bawahan, ketiganya disegani karena gaya kerja yang disiplin, tegas, namun tetap humanis. “Kalau sudah kerja, tidak ada yang berani membantah. Tapi kalau santai, bisa jadi paling lucu,” ujar salah satu staf yang enggan disebut namanya.

Mbah Sastro menutup dengan keyakinan, “Meski mereka tidak belajar kanuragan, ilmu leluhur tetap mengalir dalam darah mereka.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *