Oleh: Joko Wiyono
Revitalisasi kawasan publik di Banyuwangi kembali jadi sorotan. Proyek besar Pasar Induk Banyuwangi yang digadang-gadang rampung pada akhir 2025, hingga kini belum juga selesai. Sementara itu, pemerintah daerah mulai wacanakan/rencanakan revitalisasi Taman Blambangan, ikon ruang terbuka pusat kota, yang akan kembali “disentuh” pembangunan.
Benarkah revitalisasi ini berpihak pada rakyat, atau hanya menjadi proyek mercusuar (proyek-proyek besar yang dibangun untuk menunjukkan kemajuan dan citra, dalam konteks politik), yang minim dampak nyata bagi ekonomi warga?
Keterlambatan penyelesaian Pasar Induk bukan sekadar soal teknis. Ia menyisakan keresahan bagi para pedagang yang selama ini menggantungkan hidupnya di lokasi tersebut. Mereka harus menyesuaikan diri dengan relokasi, resiko kehilangan pelanggan, bahkan kehilangan usaha karena ketidakjelasan nasib lokasi jualan jika sudah selesai.
Sementara itu, rencana revitalisasi Taman Blambangan dikhawatirkan mengulang pola yang sama: mempercantik ruang kota, tetapi tak menyentuh kebutuhan riil masyarakat, terutama pedagang kaki lima dan pelaku usaha mikro yang justru menghidupkan kawasan itu setiap minggu.
Secara akademis, teori participatory development menekankan pentingnya pelibatan warga, seluruh stakeholser dan legislatif dalam seluruh proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi.
Revitalisasi kawasan bukan sekadar soal estetika kota atau kepentingan wisata. Ia harus menjadi alat distribusi keadilan ekonomi. Jika tidak, yang terjadi dimungkinkan hanyalah proses gentrifikasi, yakni pengusiran pelan-pelan terhadap warga kecil (UMKM) oleh “kekuatan” ekonomi baru.
Partisipasi dan pengawasan publik harus diperkuat dan benar-benar terbuka, bukan sekedar dukungan yang ditunjukkan saat seremonial awal mulainya pengerjaan saja. Pemerintah juga wajib transparan, dengan kajian yang matang, jangan sampai polemik terulang seperti revitalisasi pasar induk.
Revitalisasi bukan hanya tentang gedung megah atau taman Instagramable. Tapi juga penting, tentang bagaimana rakyat kecil tetap bisa berjualan, tetap bisa hidup layak, dan tidak tersingkir.