banner 728x250

Nyaris Kalah dari Pebdi, Michael Menang Tipis Pimpin PSSI Banyuwangi: Bukti Nama Besar Tak Lagi Cukup?

Kongres Askab PSSI (Asosiasi Kabupaten Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) Banyuwangi untuk tentukan Ketua, telah digelar pada Rabu, 9 April 2025 lalu, dan menjadi panggung politik kecil yang menegangkan. Bertempat di Gedung Universitas PGRI Banyuwangi, ajang ini bukan hanya sekadar pemilihan Ketua, melainkan juga bisa menjadi cerminan kondisi persepakbolaan lokal yang sesungguhnya. Ada dua kandidat calon ketua, yakni Michael Edy Hariyanto dan Pebdi Arisdiawan.

Michael Edy Hariyanto, memiliki nama besar, sebagai politisi senior, sekaligus Wakil Ketua DPRD Banyuwangi dan tentunya pengusaha sukses, akhirnya terpilih sebagai Ketua Askab PSSI Banyuwangi di periode 2025-2029.

Namun, euforia kemenangannya menarik dikaji. Sebab kemenangan itu hasilnya bukan dominasi mutlak, melainkan kemenangan tipis yang nyaris saja kandas. Dari 18 voters (pemilih), pada putaran pertama, hasil voting imbang dengan skor 9:9 antara Michael dan Pebdi. Putaran kedua, Michael menang, dengan hasil 10-8, selisih 2 suara dari Pebdi, yang notabene tak memiliki pengaruh, nama besar, ataupun akses kekuasaan sekuat Michael. Kabarnya Michael juga sempat datang terlambat saat kongres berlangsung. Sebuah sikap yang bisa saja dianggap remeh, namun sejatinya bisa merepresentasikan kesan awal tentang keseriusan.

Fakta bahwa seorang nama besar Michael dengan segala kekuasaan, kekuatan politik, jaringan, bahkan mungkin fasilitas hanya menang tipis, patut menjadi peringatan. Bagaimana mungkin sosok dengan kapasitas sebesar itu nyaris dikalahkan?. Ini justru menunjukkan bahwa “akar rumput” sepak bola Banyuwangi sudah mulai berani menunjukkan suaranya.

Para voters dalam kongres ini,  mereka adalah perwakilan dari SSB (sekolah sepak bola) dan telah terverifikasi, yang tersebar di wilayah kabupaten Banyuwangi. Artinya, mereka adalah orang-orang yang mengerti betul “denyut nadi” sepak bola lokal. Maka, saat mereka memberi perlawanan kuat, bisa jadi ini adalah wujud tidak sepaham terhadap gaya kepemimpinan yang dimiliki Michael

Nama Pebdi Arisdiawan mungkin tidak sebesar Michael, namun justru karena itu, perjuangannya menjadi inspiratif dan patut diapresiasi. Ia nyaris menang bukan karena “kekuasaan”, melainkan karena kepercayaan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat sepak bola Banyuwangi sebenarnya sudah “melek”. Mereka tak lagi silau pada kapasitas nama besar,  tapi peduli pada masa depan sepak bola yang sesungguhnya.

Michael memang telah terpilih meski dengan kemenangan yang tipis, sebuah sinyal bahwa kepercayaan publik masih terbagi nyaris imbang. Maka wajar jika nanti kritik akan terus mengiringi. Kini, program-progranya tak bisa lagi sekadar menjadi janji manis. Kita tunggu pembuktiannya di lapangan, dan semoga dunia sepak bola Banyuwangi benar-benar mengalami kemajuan.

Oleh : Joko Wiyono, SH. – Komunitas Pemerhati Banyuwangi  (KPB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *