banner 728x250
opini  

Ketika “Makelar Politik” Langgengkan Jabatan Petahana dengan Mengaburkan Moralitas

Actanews.id – Menjelang Pemilukada 2024, situasi politik di “Kadipaten Omon-omon”, semakin dinamis dengan berbagai cerita dan gerakan dari kubu penguasa Petahana. Mereka, yang kerap disebut “Makelar Politik,”telah bergerak menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan kekuasaan petahana, bahkan demgan mengaburkan moralitas dan memanfaatkan dukungan/ koneksi dari oknum pejabat.

Selain itu, tak disangkal semua dilakukannya juga demi mengamankan kepentingan pribadi, memperkaya diri dengan mendapatkannya pundi-pundi secara langsung atau melalui kegiatan proyek-proyek Pemerintah.

Mengutip, dalam bukunya yang berjudul “Makelar Politik”, seorang penulis (Puthut EA), menggambarkan sosok-sosok ini dengan sangat gamblang. Ia menyebut makelar politik layaknya ular dengan berbagai jenis, ada yang berbisa dan mematikan, dan ada pula yang kurang berbisa yang sekadar mengais keuntungan kecil tanpa memberikan dampak besar.

Para makelar politik sering kali menyamar atas nama pribadi/agen sosial, untuk kegiatan yang seolah-olah bersifat amal namun tetap membawa nama Petahana. Yang sedikit disesalkan, mereka kadang menimbulkan kegaduhan di masyarakat, dengan menarasikan lawan politik sebagai pihak yang tidak kompeten dan barisan sakit hati, seolah-olah kritik yang dilontarkan kepada penguasa tidak layak didengar.

Politik memang arena penuh tantangan, namun ketika makelar politik menggunakan bermacam strategi untuk mengamankan jabatan petahana, mereka malah dapat mengkhianati kepercayaan publik serta merusak tatanan demokrasi.

Tentu saja, dalam masa menjelang pemilukada ini, Petahana  mendapatkan keuntungan besar. Petahana dapat leluasa menggunakan pengaruh kekuasaan dengan menggerakkan birokrasi pemerintah demi mempertahankan jabatannya. Para aparatur birokrasi dikerahkan untuk menggalang dukungan ,melalui program-program dan bahkan kerap kali petahana langsung terjun ke masyarakat, yang cenderung terlihat sebagai upaya pencitraan dan pemborosan anggaran pemerintah.

Masyarakat tidak hanya butuh pemimpin yang bisa bekerja, tetapi juga yang berintegritas dan berkomitmen untuk kesejahteraan rakyat. Yang jujur, transparan, dan berintegritas tinggi, sehingga kepercayaan dan dukungan dari masyarakat semakin kuat.

⁣Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada kesamaan nama, tokoh tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan dan semata hanya sebuah hiburan, yang ditulis oleh :

Agung Suryawirawan,
Ketua Komunitas Pemerhati Banyuwangi (KPB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *