banner 728x250
opini  

Ibu, Ijinkan Aku Menciummu

Actanews.id. –  Ponselku bergetar. Dari layar terlihat, panggilan video dan pastinya itu Ibuku yang tidak bosan menanyakan kabarku. Ah, Ibu. Betapa banyak cerita yang telah kita lalui bersama. Usia beliau kini menginjak 70 tahun, namun perhatian dan kasih sayangnya tak pernah berkurang, bahkan sedikitpun.

Kami hidup bertiga, Aku, Ibuku dan adikku laki-laki. Kenangan indah bersama adik tiba-tiba muncul di benakku. Suatu sore saat kami masih SD, Ibu menyuruh kami membeli beras. Hujan deras turun tiba-tiba, membuat kami kegirangan. Namun, kebahagiaan itu sirna saat kami terjatuh dan beras yang kami bawa berserakan, terbawa arus air. Kami pulang dengan tangan kosong, namun Ibu hanya tersenyum, “Ndak popo le… Sing penting awakmu wong loro rukun,” katanya penuh kelembutan.

Ada pula tetangga yang sering memberi kami makanan atau buah yang agak basi. Meski dia orang cukup berada, Ibu selalu menerimanya dengan ikhlas. Setelahnya, Ibu berpesan pada kami, “Besok kalau kamu ngasih sesuatu pada orang, sebisanya yang terbaik.” Dan banyak sekali nasihat-nasihat Ibu yang masih terngiang menjadi pedoman sikapku.

Lagu Iwan Fals, “ibu”, terasa begitu relevan. “Ribuan kilo jalan yang kau tempuh, lewati rintangan untuk aku anakmu…”

Betapa syair lagu ini menggambarkan perjuangan ibuku, yang berkeliling menjajakan kue. Seorang ibu yang tak pernah lelah demi 2 anak laki-lakinya. Cinta Ibu memang sepanjang masa, sementara cinta anak hanya sepanjang gala. Pepatah ini benar adanya. Apa yang bisa kita lakukan untuk membalas seluruh cinta dan pengorbanan Ibu? Rasanya, tak pernah cukup.

Dalam kisah sahabat Nabi, Huwaish al Qorni, rasa cintanya pada ibunya begitu besar hingga ia rela ingin menggendong sang Ibu untuk beribadah haji. Bahkan, seorang pemuda yang ingin ikut berperang bersama Rasulullah dilarang karena harus merawat ibunya yang sudah renta. “Rawat dan layani ibumu,” begitu tegas perintah Rasul.

Allah juga mengingatkan kita dalam Al-Qur’an tentang kesulitan yang dihadapi seorang ibu saat mengandung dan menyusui. Dalam QS. Lukman: 14 dan QS. Al-Ahqaf: 15, Allah menekankan pentingnya berbuat baik kepada kedua orang tua, terutama kepada ibu.

Namun, apa yang kita lakukan? Seringkali, kata-kata dengan nada tinggi tanpa sadar terlontar dari mulut kita. “Uf,” “ah,” atau bahkan kadang sikap acuh terhadap Ibu. Kita tidak pernah menyadari air mata yang jatuh di pipi Ibu kala ia berdoa untuk kita di tengah malam. Bibirnya tak henti mengucap doa agar kita menjadi anak yang sukses dan bahagia.

Tapi, apa balasan kita? Waktu kita habis untuk pekerjaan, keluarga, hobi dan kesibukan lainnya. Kadang seharian, kita tidak sempatkan untuk menanyakan kabarnya, meskipun ponsel tak pernah lepas dari genggaman. Seringkali kita sombong, merasa sudah tidak membutuhkannya. Kita lupa, Ibu telah mengorbankan segalanya tanpa pamrih.

Padahal, semua cobaan hidup yang kita hadapi, sesungguhnya pernah dilalui oleh Ibu, dan dia berhasil melewatinya dengan kekuatan yang luar biasa. Namun, kita yang terlalu lemah dan sering mengeluh, memandang sebelah mata pada sosok renta yang sebenarnya memiliki kekuatan hebat.

Sesungguhnya, Ibu hanya ingin melihat kita bahagia, meskipun kebahagiaannya mungkin tidak seberapa. Harusnya kita selalu menyadari betapa kita membutuhkan Ibu. Untuk sekadar menatap wajahnya yang teduh, membelai tangannya yang keriput, menciumi kakinya, dan meminta doanya.

“Dengan apa kita bisa membalas semua ini, Ibu?”

Mungkin, jawabannya adalah kita tak pernah bisa. Tapi setidaknya, kita masih punya kesempatan untuk mencium kakinya, memohon maaf, dan berterima kasih atas semua yang telah beliau lakukan untuk kita.

Oleh : Joko Tama, Banyuwangi, 5/09/2024

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *