Actanews.id – Posisi Banyuwangi, pada letak geografis ujung Timur Pulau Jawa, memberikan keuntungan strategis dalam mendukung suplay pasokan dan rantai distribusi kebutuhan untuk Wilayah Timur Indonesia.
Hal ini perlu dipersiapkan dan dikonsep secara analisa “definitif dan teknokrasi” dalam waktu dekat dan cepat sebagai lanjutan keterhubungan strategi nasonal, memghubungkan dan terangkai jalur transportasi darat tanpa hambatan yaitu jalan tol. Jawa sebagai pusat manufaktur, produksi barang dan hasil entitas pertanian, sehingga Wilayah Banyuwangi, akan dipandang sebagai wilayah yang menguntungkan, untuk simpul akhir dari rangkain produksi baik dalam pendistribusian, persediaan, rantai pasokan, penyimpanan.
Minimal peran yang dapat diambil untuk peningkatan ekonomi, mengambil langkah strategis ini dengan cepat dan mendahului momentum progress. Bila tidak peluang ini akan diambil oleh daerah sekitar, seperti Situbondo, Bondowoso, maupun Jember. Dan kita akan kembali sebagai “penonton” yang katanya “penuh prestasi” namun minim implementasi dengan ekonomi diluar ekspektasi dari harapan masyarakat yang sudah terbelenggu tidak pernah “melenting/memantul/reboun”
Sudahlah., kita sudah capek dengan strategi, yang terbutkti gagal, dan wasting time selama ini……program pariwisata bukan lagi mainnstrtegi, karena itu merupakan sektor tersier dan pelengkap. Lerakkan sektor itu pada sub sub task, yang berkembang sendirinya bila ekonomi kita tumbuh, bangkit dan kuat. Siapa mau berwisata dalam, siapa mau belanja, kalau bangkitan dan akselerasi ekonomi berjalan lambat di Banyuwangi……..
Kita perlu perubahan arah strategi baru, yang ternyata juga menghilangkan beberapa Rakyat Blambangan. Tetapi biarlah, sudah cukup “Pencitraan” menjadi hal yang “memuakkan”, dan menjadi buah cibiran,…
Sudah saatnya kita “berproduksi” secara potensial value, hasil alam dan lahan yang luas merupakan “bergaining position” kalau kita mampu menata rankaian proses produksi, mulai dari awal sampai panen, mulai bahan baku sampai bahan jadi yang memiliki nilai tambah.
Semua tinggal paradigma membangun mainset tata kelola “Mesin Pemerintahan Bumi Blambangan”……Ghiroh Banyuwangi perlu di kembalikan, yang selama ini dirusak, diadu domba, dikerdilkan, dimiskinkan manusianya…..karena hanya meraup kepentingan segelintir pihak dalam “Korupsi Berjamaah”…..
Oleh : ANDI PURNAMA
Pengamat Kebijakan Publik dan Pembangunan
“BANYUWANGI ASLI”
“Tanah Bumi Blambangan”
“Jenggirat Tangi”