Actanews.id – Suasana hangat menyelimuti Warung Kopi Lerek Gombengsari (LEGO) pada Sabtu malam (14/12).. Tempat asri ini menjadi saksi diskusi inspiratif yang menghadirkan Dwi Marhen Yono, S.STP, M.Si., Direktur Pemasaran Pariwisata Nusantara Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Didampingi Hariyono, pemilik kopi LEGO, serta Lurah Gombengsari, diskusi ini merangkai obrolan mendalam tentang kopi, pariwisata, seni budaya, hingga perspektif perjalanan ibadah haji dan umrah.
Diskusi dibuka oleh Hariyono yang menceritakan perjalanan kopi Gombengsari, salah satu penghasil kopi robusta unggulan di Jawa Timur. “Kopi ini bukan sekadar minuman, tetapi cerita tentang semangat dan kerja keras petani kami,” ujar Hariyono.
Dwi Marhen Yono mengapresiasi upaya ini. Menurutnya, kopi Gombengsari adalah medium untuk memperkenalkan Banyuwangi ke dunia. “Kopi memiliki cerita yang kuat untuk menarik wisatawan. Dengan branding yang tepat dan dukungan digital, potensi ini bisa berkembang pesat,” ungkapnya.
Sebagai putra asli Banyuwangi, Marhen memuji perkembangan wisata daerahnya. “Banyuwangi punya segalanya: keindahan alam seperti Kawah Ijen dan Alas Purwo, hingga seni budaya seperti Tari Gandrung dan Barong,” katanya.
Ia menyoroti pentingnya desa wisata berbasis komunitas sebagai cara memberdayakan masyarakat lokal. “Kolaborasi antara seni, budaya, dan pariwisata adalah kunci untuk menciptakan pengalaman wisata unik yang berkelanjutan,” tambah Marhen.
Syafaat, Ketua Lentera Sastra Banyuwangi, turut berbagi pandangannya. Ia menyoroti potensi wisata literasi berbasis kekayaan sastra lokal. “Dengan pengemasan yang baik, seni dan budaya Banyuwangi bisa menarik perhatian dunia,” ujarnya.
Dalam diskusi, Marhen juga membahas kaitan perjalanan ibadah haji dan umrah dengan eksplorasi budaya. Ia melihat peluang untuk menghubungkan perjalanan spiritual ini dengan promosi budaya lokal ke level internasional.
Gesah malam itu menegaskan pentingnya sinergi antara pariwisata dan ekonomi kreatif. Event-event besar seperti Festival Gandrung Sewu menjadi contoh bagaimana seni lokal mampu menarik wisatawan mancanegara.
“Kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan pelaku ekonomi kreatif menjadi kunci menghadirkan wisata yang inklusif dan berkelanjutan,” jelas Marhen.
Di akhir diskusi, Marhen berpesan kepada generasi muda untuk terus berinovasi dan mencintai potensi lokal. “Generasi muda adalah agen perubahan. Potensi Banyuwangi ini luar biasa, dan kalianlah kunci masa depan,” tuturnya penuh semangat.
Gesah malam di Kopi LEGO berakhir dengan kehangatan dan harapan. Segelas kopi menjadi saksi obrolan tentang semangat menjaga dan mengembangkan potensi Banyuwangi untuk kebaikan bersama.