banner 728x250

Lapas Banyuwangi Kembangkan Program Ketahanan Pangan, Diversifikasi Lahan SAE Pakis Capai Pertanian dan Perikanan

BANYUWANGI – Program ketahanan pangan yang dijalankan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi terus menunjukkan progres positif. Lahan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) di Kelurahan Pakis, yang menjadi pusat kegiatan, kini tidak hanya mempertahankan produktivitas tetapi juga memperluas variasi komoditas pertanian dan perikanan yang dibudidayakan.

Jika pada fase awal program lebih menitikberatkan pada penanaman padi dan kacang panjang, kini lahan seluas 2,2 hektar tersebut telah didiversifikasi untuk berbagai jenis tanaman pangan sekaligus budidaya ikan.

Beragam komoditas pertanian kini menghijau di lahan SAE Pakis, mulai dari padi, jagung, semangka, hingga tomat. Sementara untuk sektor perikanan, benih ikan nila dan lele resmi ditebar pada Jumat (21/11) sebagai upaya memperluas produksi pangan.

Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, menerangkan bahwa padi, semangka, dan jagung masing-masing ditanam di area seluas 7.000 meter persegi, sedangkan tomat mendapatkan alokasi lahan 1.000 meter persegi.

“Untuk budidaya perikanan, kami memanfaatkan saluran irigasi yang berada di tengah lahan. Sebanyak 2.000 bibit nila dan 1.000 bibit lele sudah kami tebar,” jelasnya.

Wayan menegaskan, program ketahanan pangan ini memiliki nilai strategis ganda. Selain merupakan bentuk dukungan nyata terhadap ketahanan pangan nasional, kegiatan ini juga menjadi bagian penting dari pembinaan warga binaan.

“Setiap hari ada warga binaan yang memenuhi syarat dan tergabung dalam program asimilasi untuk merawat lahan SAE Pakis ini. Mereka bukan hanya bekerja, tetapi juga belajar,” ungkapnya.

Program ini selaras dengan kebijakan Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan, Agus Andianto. Pengembangan sektor pangan di Lapas Banyuwangi secara langsung mendukung poin kedua dari 13 Program Akselerasi yang menekankan pemberdayaan warga binaan guna memperkuat ketahanan pangan.

Diversifikasi komoditas yang dilakukan juga bertujuan memaksimalkan potensi lahan serta membekali warga binaan dengan keterampilan yang lebih beragam. Pola budidaya disesuaikan dengan karakteristik lahan sehingga dapat berkelanjutan dan menghasilkan panen optimal.

“Dengan demikian, lahan SAE Pakis tidak hanya menjadi sumber pangan, tetapi juga menjadi sekolah lapang yang memberikan keterampilan bertani dan budidaya ikan—modal penting bagi warga binaan saat kembali ke masyarakat,” pungkas Wayan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *