Banyuwangi, actanews.id – Pemerintah Kabupaten Banyuwngi mengadakan seminar dan Kajian Kesejarahan Cagar Budaya Banyuwangi, dengan tema “Menengok Asrama Inggrisan Dari Masa Silam ke Masa Depan”. Seminar tentang obyek cagar budaya asrama inggrisan ini, bertempat di Pelinggihan Prabu Tawangalun, Banyuwangi, pada Minggu (17/12/2023).
Acara dibuka oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani didampingi oleh Kadisbudpar, MY Bramuda. Juga hadir dalam acara ini dari berbagai kalangan ahli sejarah, guru Sejarah, mahasiswa, dan dosen sejarah dari berbagai perguruan tinggi.
Juga hadir diantaranya adalah Suratno (Kadispendik) Banyuwangi, Samsudin Adlawi, Hasan Basri, Tim Ahli Cagar Budaya Banyuwangi (TACB), budayawan dan seniman pengurus DKB yang turut mensuport revitalisasi Asrama Inggrisan sebagai salah satu Cagar Budaya di Banyuwangi.
Seminar ini bertujuan untuk mengkaji lebih lanjut tentang sejarah pentingnya Asrama Inggrisan, sekaligus merencanakan revitalisasi obyek cagar budaya tersebut pada tahun 2024 mendatang. Asrama Inggrisan dipandang sebagai salah satu warisan bersejarah yang perlu dijaga dan dijadikan destinasi wisata sejarah dan edukasi.
Dalam seminar tersebut, hadir pula sejumlah narasumber yang merupakan peneliti dan pegiat cagar budaya, seperti J.J. Rizal dari Jakarta, Marco Kusumawijaya peneliti dari Rujak Centre for Urban Studies. Mereka membahas berbagai aspek dan pentingnya melestarikan bangunan cagar budaya, tidak hanya dari segi fisik, tetapi juga tata ruang dan fungsi bangunan.
Diketahui, Asrama Inggrisan memiliki nilai sejarah yang sangat penting sejak tahun 1871. Ditahun itu, Banyuwangi menjadi titik penghubung kabel telegraf bawah laut antara Eropa dan Australia. Jaringan telegraf ini memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan industri pers dan memicu nasionalisme di Indonesia.
Marco Kusumawijaya juga menekankan pentingnya menjaga kesatuan tata ruang dan estetika dari bangunan cagar budaya. “Pelestarian bangunan tidak hanya untuk menjaga memori kolektif, tetapi juga sebagai sumber pembelajaran bagi generasi sekarang maupun yang akan datang,” kata Marco.
Dalam pidatonya, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani menyambut baik kajian kesejarahan ini dan berharap revitalisasi Asrama Inggrisan dapat meningkatkan daya tarik wisata sejarah dan edukasi di Banyuwangi.
“Seminar ini menjadi bagian dari konsolidasi publik sebelum Asrama Inggrisan ini kita revitalisasi tahun depan,” ungkap Bupati Ipuk.
Acara ini juga mendapat apresiasi yang tinggi dari Dewan Kesenian Blambangan (DKB). Hasan Basri selaku Ketua DKB, menganggap bahwa kajian kesejarahan terhadap cagar budaya sangat penting untuk membangkitkan kesadaran kolektif masyarakat.
“Dengan adanya seminar ini, diharapkan Asrama Inggrisan dapat dipugar dengan baik dan menjadi destinasi wisata yang menarik, sekaligus menjaga keaslian dan sejarahnya,” tutur Hasan Basri.