banner 728x250

Ratusan Warga Binaan Lapas Banyuwangi Gunakan Hak Pilih di TPS Khusus di Pilkada 2024

Actanews.id – Ratusan Warga Binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi turut berpartisipasi dalam pesta demokrasi Pilkada 2024, Rabu (27/11). Dengan antusias, mereka menggunakan hak pilihnya di Tempat Pemungutan Suara (TPS) Khusus yang disediakan di dalam Lapas.

Sebanyak 913 Warga Binaan tercatat sebagai pemilih, tersebar di dua TPS Khusus, yakni TPS 901 dan TPS 902. Dari jumlah tersebut, 887 masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), sementara 26 lainnya tercatat dalam Daftar Pemilih Tambahan (DPTb).

Kepala Lapas Banyuwangi, Agus Wahono, menjelaskan bahwa perbedaan jumlah pemilih ini disebabkan oleh dinamika keluar-masuk warga binaan yang memengaruhi pendataan. Meski demikian, pihaknya memastikan hak pilih setiap Warga Binaan tetap dihormati.

“Warga yang masuk DPTb adalah tahanan baru yang datang setelah penetapan DPT. Kami berupaya maksimal agar seluruh Warga Binaan dapat menyalurkan hak pilihnya karena ini bagian dari hak mereka,” ujar Agus.

Untuk menjamin kelancaran proses pemilihan, sejumlah petinggi keamanan, seperti Kapolresta Banyuwangi, Komandan Kodim Banyuwangi, dan Komandan Lanal Banyuwangi, turun langsung memantau jalannya pemilu di Lapas. Jajaran petugas Lapas juga mengawasi seluruh rangkaian pemungutan suara, mulai dari pencoblosan hingga penghitungan suara, dengan pengamanan ketat.

“Alhamdulillah, semuanya berjalan lancar, aman, dan kondusif,” ungkap Agus.

Sinergi dengan Berbagai Pihak
Keberhasilan penyelenggaraan Pilkada di Lapas ini tidak lepas dari sinergi antara pihak Lapas dengan instansi terkait, seperti Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK).

“Berkat dukungan penuh dari berbagai pihak, seluruh Warga Binaan dapat berpartisipasi dalam pesta demokrasi kali ini,” tutup Agus dengan rasa syukur.

Penyelenggaraan TPS Khusus ini menjadi bukti nyata bahwa hak politik Warga Binaan tetap dijunjung tinggi. Partisipasi mereka menjadi simbol inklusivitas demokrasi di Indonesia, meski dari balik jeruji besi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *