banner 728x250

Panen Sekitar 300 Kiligram, Peternak Madu di Banyuwangi Mengaku Kurang Perhatian Pemerintah

BANYUWANGI. Actanews.id — Puluhan peternak lebah madu di Dusun Alasbuluh, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten  Banyuwangi mencapai prestasi gemilang lewat panen madu lebah jenis Apis mellifera, Minggu (15/6). Dari 110 kotak koloni lebah yang dipelihara, berhasil dikumpulkan sekitar 300 kilogram madu murni dari nektar bunga randu yang tumbuh alami di atas lahan ratusan hektare. Hasil ini tidak hanya mengejutkan, tetapi juga membanggakan.

Dalam kegiatan panen tersebut turut hadir berbagai pihak, seperti Pemerintah Desa Alasbuluh, perwakilan DPM PTSP, Hipmikimdo Provinsi Jawa Timur, akademisi Untag 1945 Banyuwangi, perwakilan BTNAP Alas Purwo, Ketua Kopiwangi, pegiat UMKM, dan tokoh masyarakat.

Namun, madu asli Banyuwangi justru belum dikenal luas di rumah sendiri. Mayoritas hasil panen malah diborong distributor dari luar daerah seperti Bali, Jember, Malang, Surabaya, hingga Jakarta.

Budy Amboyna, pemilik merek “Osing Honey” sekaligus koordinator komunitas peternak lebah Banyuwangi, menyayangkan minimnya perhatian dari pemerintah daerah.

“Panen ini bukti nyata bahwa Banyuwangi punya potensi luar biasa dalam produk herbal alami. Tapi petani seperti kami dibiarkan jalan sendiri. Tak ada pembinaan, tak ada dukungan branding, apalagi fasilitasi dari pemda,”ungkapnya.

Kritik juga datang dari Ketua Rumah Kebangsaan Basecamp Karangrejo (RKBK) Banyuwangi, Hakim Said, SH, yang turut hadir dalam kegiatan panen tersebut. Ia menyoroti lemahnya peran pemerintah daerah, khususnya Dinas Pertanian dan Dinas Kehutanan.

“Petani madu ini bukan minta subsidi. Mereka cuma ingin difasilitasi, diberi legalitas, dilindungi dari madu palsu, dan dikenalkan ke pasar nasional. Masa iya, ada kekayaan alam seperti ini tapi dibiarkan jalan sendiri?” tegasnya.

Bahkan, Hakim menyindir keras ketidakhadiran instansi teknis yang mestinya menjadi garda depan pengembangan peternakan lebah.

“Panen madu ini berbasis pertanian, dari hutan, dan berskala ekonomi. Tapi Dinas Pertanian dan Kehutanan entah di mana. Mungkin lebih sibuk mengurusi meja rapat daripada melihat kenyataan di lapangan,” keluhnya.

“Kalau pemkab masih menutup mata, kami siap bawa isu ini ke tingkat nasional. Banyuwangi harus diingat sebagai penghasil madu terbaik, bukan daerah yang abai pada petaninya,” tandas Hakim. (Ilham)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *