Actanews.id – Di hari kedua Lebaran Idul Fitri, Kamis (11/4/2024), di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah di Banyuwangi dipenuhi dengan kegembiraan saat ribuan masyarakat Suku Osing merayakan Tradisi Barong Ider Bumi. Ritual ini, yang dianggap sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan dan tolak bala, menjadi momen penting bagi masyarakat setempat.
Diperkenalkan pada abad ke-19, tradisi ini memiliki akar dalam kepercayaan mitos terhadap keberadaan Buyut Cili, yang dipercaya sebagai penjaga Desa Kemiren. Ketika desa terserang Pageblug atau Blindeng, sebuah bencana mendadak yang menakutkan, masyarakat meminta bantuan spiritual kepada Buyut Cili melalui mimpi.
Menurut Suhaimi, tokoh masyarakat adat Desa Kemiren, tradisi ini pertama kali muncul pada tahun 1840-an sebagai respons terhadap wabah dan kegagalan panen. “Atas petunjuk spiritual, masyarakat melaksanakan upacara slametan dan arak-arakan Barong sebagai penolak bala.Warga desa diminta melakukan arak-arakan Barong digambarkan sosok mahluk bermahkota yang memiliki sayap bisa menjaga desa, sebagai penolak bala yang dilakukan keliling kampung,” ungkap Suhaimi.
Taufik Rohman selaku Plt. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi mengapresiasi keberlanjutan tradisi ini dalam Banyuwangi Festival 2024, sambil menyatakan harapannya agar generasi muda akan mewarisi dan melestarikan budaya Osing.
Rangkaian ritual Barong Ider Bumi melibatkan pembacaan macapat atau tembang sebagai doa kepada Tuhan dan roh nenek moyang. Prosesi arak-arakan juga termasuk sembur uthik-uthik, diikuti oleh tokoh adat dan tamu undangan.
Setelah mengarungi jalan Desa Kemiren, tiga Barong kembali ke titik awal untuk selamatan bersama. Setelah melaluinranhkaian acara, termasuk santunan anak yatim, puncak acara ditandai dengan makan bersama menggunakan tumpeng pecel pitik, sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas keberkahan yang diberikan.
Tradisi Barong Ider Bumi tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya Banyuwangi, tetapi juga menjadi daya tarik bagi wisatawan luar daerah yang tertarik dengan kekayaan tradisional dan keguyuban masyarakat setempat.