BANYUWANGI, Actanews.id — Karya tangan kreatif warga binaan Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi kembali mencuri perhatian publik. Dalam gelaran Banyuwangi Batik Festival 2025, Jumat (17/10/2025) malam, para pembawa acara hingga dewan juri tampil anggun dan kompak mengenakan Batik Jeruji, batik tulis eksklusif hasil karya warga binaan Lapas Banyuwangi.
Penampilan seragam dengan balutan Batik Jeruji ini bukan sekadar simbol kebersamaan, tetapi juga bentuk apresiasi nyata terhadap karya para warga binaan. Motif khas dan kualitas kain yang dihasilkan membuktikan bahwa produk batik dari balik tembok Lapas memiliki daya saing tinggi, bahkan mampu berdiri sejajar dengan produk batik profesional lainnya di pasaran.
Tidak hanya dikenakan oleh tokoh kunci acara, Batik Jeruji juga hadir dalam bentuk stan pameran khusus yang menjadi salah satu pusat perhatian pengunjung festival. Banyak pengunjung terpikat oleh keindahan motif dan filosofi yang terkandung di setiap helaian batik hasil karya para warga binaan.
Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, menjelaskan bahwa dalam pameran kali ini pihaknya menampilkan sejumlah karya terbaik dari program pembinaan batik tulis. Motif yang dihadirkan menggambarkan kekayaan budaya lokal Banyuwangi, mulai dari Gajah Oling Jeruji, Wayang, Gandrung, hingga Bunga Kopi yang menjadi ciri khas batik daerah.
“Semuanya merupakan batik tulis yang dihasilkan oleh tangan-tangan kreatif warga binaan. Kami bangga karena mereka bisa berkarya dan menghasilkan sesuatu yang bernilai tinggi meski dalam keterbatasan,” ujar Wayan.
Ia menambahkan, keikutsertaan Lapas Banyuwangi dalam festival bergengsi tersebut tidak hanya bertujuan untuk promosi, tetapi juga sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat. Melalui ajang ini, masyarakat diharapkan dapat melihat bahwa warga binaan tetap memiliki potensi, kreativitas, dan kesempatan untuk berkontribusi positif bagi lingkungan.
“Kami ingin masyarakat tahu bahwa pembinaan di Lapas bukan hanya fokus pada perubahan sikap, tapi juga pada pengembangan keterampilan agar mereka siap kembali ke masyarakat dengan kemampuan yang bermanfaat,” jelasnya.
Menurut Wayan, Batik Jeruji Lapas Banyuwangi kini telah berkembang pesat, dengan berbagai motif unggulan yang telah memperoleh perlindungan hak cipta.
“Tujuh di antaranya sudah tercatat resmi dalam hak cipta, dan ini menjadi kebanggaan kami semua,” imbuhnya.
Banyuwangi Batik Festival sendiri merupakan agenda tahunan pemerintah daerah yang mengedepankan keindahan, filosofi, dan pelestarian batik khas Banyuwangi. Acara ini selalu diramaikan dengan berbagai pertunjukan seni, fashion show, dan pameran UMKM lokal.
Kehadiran Batik Jeruji dalam ajang ini bukan hanya menambah warna dalam kemeriahan festival, tetapi juga menjadi simbol keberhasilan pembinaan di Lapas Banyuwangi — bahwa dari balik jeruji besi, karya seni luhur dan bernilai tinggi tetap bisa lahir dan membanggakan daerah.