banner 728x250

Warga Binaan Lapas Banyuwangi Produksi 20 Kg Tempe per Hari, Bukti Nyata Program Pembinaan Berdaya Guna

BANYUWANGI, Actanews.id – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banyuwangi terus berinovasi dalam membina dan memberdayakan warga binaannya. Terbaru, Lapas Banyuwangi mengembangkan program keterampilan baru berupa pelatihan pembuatan tempe, yang kini telah mampu memproduksi sekitar 20 kilogram tempe per hari.

Program ini merupakan bagian dari komitmen Lapas Banyuwangi untuk menghadirkan kegiatan pembinaan yang produktif dan berkelanjutan. Dalam pelaksanaannya, pihak lapas menggandeng praktisi serta pengusaha tempe berpengalaman di Banyuwangi untuk memberikan pelatihan langsung kepada warga binaan.

Kepala Lapas Banyuwangi, I Wayan Nurasta Wibawa, menjelaskan bahwa kolaborasi ini bertujuan agar warga binaan tidak hanya bisa membuat tempe, tetapi juga memahami seluruh proses produksinya secara mendalam.

“Kami menggandeng praktisi yang berpengalaman agar warga binaan mampu memahami dengan baik setiap tahapan pembuatannya, mulai dari pemilihan bahan baku hingga teknik fermentasi yang benar, sehingga menghasilkan produk dengan kualitas baik,” ujar Wayan, Kamis (16/10).

Pada tahap awal, lanjut Wayan, para warga binaan telah berhasil memproduksi tempe dengan kapasitas rata-rata 20 kilogram setiap hari. Hasil produksi ini sementara masih digunakan untuk kebutuhan internal, khususnya sebagai bahan baku program pembinaan produksi gorengan yang juga dikelola warga binaan.

“Seluruh hasil produksi tempe digunakan sebagai bahan baku utama untuk program produksi gorengan. Jadi mulai dari bahan baku hingga produk jadi, semuanya merupakan hasil karya warga binaan Lapas Banyuwangi,” jelasnya.

Wayan menambahkan, hadirnya program pembuatan tempe ini semakin memperkaya ragam kegiatan pembinaan di Lapas Banyuwangi, melengkapi program yang sudah berjalan seperti membatik, konveksi, dan berbagai kerajinan tangan. Ke depan, program ini akan dikembangkan secara bertahap agar dapat memenuhi kebutuhan bahan pangan internal sekaligus membuka peluang usaha produktif.

“Target jangka panjang kami, produksi tempe ini bisa menjadi bagian dari kemandirian pangan di Lapas Banyuwangi, bahkan berpotensi dikembangkan ke skala usaha kecil menengah,” terang Wayan.

Langkah strategis ini, lanjutnya, sejalan dengan 13 Program Akselerasi Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan Agus Andrianto, khususnya poin ketiga tentang peningkatan pendayagunaan warga binaan untuk menghasilkan produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

“Kami berharap, keterampilan ini menjadi bekal berharga bagi warga binaan untuk berwirausaha setelah bebas nanti. Dengan begitu, mereka bisa lebih mudah beradaptasi dan kembali berkontribusi positif di tengah masyarakat,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *