Tulungagung, Actanews.id – Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) 3 Perkerisan Indonesia bekerja sama dengan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Kabupaten Tulungagung sukses menyelenggarakan Fasilitasi Sertifikasi Kompetensi Profesi Tenaga Kebudayaan Bidang Perkerisan di Tempat Uji Kompetensi (TUK S) Pendopo Kabupaten Tulungagung, Sabtu-Minggu (12–13/7/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya pemerintah daerah dalam meningkatkan kapasitas dan profesionalitas pelaku budaya, khususnya di sektor kriya logam dan seni perkerisan. Sertifikasi ini mencakup tiga skema okupasi, yakni panjak (pembuat keris), edukator keris, dan pangrukti (perawat keris), yang menjadi tolok ukur kompetensi dalam bidang perkerisan nasional.
Sebanyak 28 peserta mengikuti kegiatan ini, terdiri atas seniman, pengrajin keris, dan tenaga budaya dari berbagai daerah, termasuk perwakilan Disbupar Tulungagung. Peserta mandiri juga hadir dari Malang, Surabaya, Trenggalek, Lumajang, Madiun, dan Lamongan.
Direktur LSP 3 Perkerisan Indonesia, Agung Guntoro Wisnu, SE, menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Kabupaten Tulungagung atas kepercayaannya. Dalam sambutannya, ia menekankan bahwa sertifikasi ini bukan hanya formalitas, melainkan bagian dari pengakuan profesional yang akan mendorong standarisasi nasional di bidang keris.
“Kami ingin para pelaku seni perkerisan tidak hanya dikenal secara tradisional, tetapi juga diakui secara profesional. Tiga bidang ini—edukator, panjak, dan pangrukti—adalah pilar penting dalam ekosistem budaya keris Indonesia,” ujarnya.
Tim asesor yang berjumlah enam orang dipimpin langsung oleh Agung Guntoro dan didampingi oleh master asesor Dr. Rony Wardhana. Uji kompetensi meliputi pengujian praktik, sesi wawancara mendalam, serta evaluasi portofolio peserta sebagai bagian dari penilaian menyeluruh.
Acara ini juga menjadi penutup Festival Budaya Spiritual Tulungagung 2025, yang ditandai dengan kehadiran Wakil Menteri Kebudayaan, Giring Ganesha. Dalam sambutannya, Giring menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sangat strategis untuk memadukan pelestarian budaya dengan peningkatan kualitas SDM dan ekonomi kreatif.
Eko Pulanggeni, mewakili panitia, menyatakan harapannya agar kegiatan ini menjadi tonggak penting dalam pengembangan kebudayaan lokal. “Kami percaya bahwa peningkatan kompetensi pelaku budaya akan berdampak langsung pada sektor wisata dan citra budaya Tulungagung di tingkat nasional.”

Dengan berakhirnya kegiatan ini, diharapkan para peserta memiliki pengakuan resmi atas keterampilan mereka, sekaligus memperkuat posisi keris sebagai warisan budaya takbenda yang berdaya saing dalam industri kreatif nasional.