Jakarta. Actanews.id – Empat tokoh dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) 3 Perkerisan Indonesia, yakni Rony Wardhana, Intan Anggun Pangestu, Dona Bayu Pamungkas, dan Saiful Anam, meluncurkan sebuah karya monumental berupa Kamus Budaya Istilah Perkerisan dalam dua bahasa: Indonesia dan Inggris.
Kamus ini merupakan kumpulan kosakata khusus dalam dunia perkerisan, mencakup istilah budaya, adat, seni, hingga ragam hias yang berkaitan dengan keris sebagai warisan budaya Indonesia. Disusun sepanjang tahun 2025, kamus ini memuat sekitar seribu lema dan sublema yang disusun secara sistematis dan mudah dipahami.
Direktur LSP 3 Perkerisan Indonesia, Agung G. Wisnu, menegaskan bahwa peluncuran kamus ini bukan sekadar dokumentasi bahasa, melainkan bentuk pelestarian budaya. “Budaya keris sangat sarat makna, dengan nilai-nilai yang turut membentuk karakter dan identitas bangsa. Kamus ini menjadi panduan penting dalam dunia sertifikasi profesi maupun pelestarian budaya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Agung menjelaskan bahwa penyusunan kamus ini merujuk pada standar nasional yang berlaku, seperti Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) dan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI), serta aturan dari Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).
Peluncuran kamus ini juga menjadi bagian dari program Apresiasi Bahasa Budaya Perkerisan oleh LSP 3 Perkerisan Indonesia, yang sejalan dengan upaya pengutamaan bahasa negara dan pelestarian budaya lokal.
“Dictionary and Terms of Keris ini bukan hanya penting bagi praktisi perkerisan, tetapi juga menjadi jembatan pengetahuan bagi masyarakat luas, kolektor, peneliti, hingga wisatawan budaya,” imbuh Agung.
Keris telah diakui oleh UNESCO sebagai Masterpiece of the Oral and Intangible Cultural Heritage of Humanity sejak 2005. Lebih dari sekadar senjata tradisional, keris adalah simbol kebijaksanaan, spiritualitas, dan keterampilan yang diwariskan turun-temurun.
Melalui kamus ini, LSP 3 Perkerisan Indonesia ingin menyampaikan pesan bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan harus terus dijunjung tinggi, tanpa melupakan pentingnya penguasaan bahasa asing dan pelestarian bahasa daerah. “Utamakan bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan kuasai bahasa asing,” menjadi semboyan yang terus digaungkan.
Buku ini diharapkan menjadi rujukan utama bagi siapa pun yang ingin memahami dunia keris lebih dalam—dari nama-nama bagian keris, jenis pamor, hingga filosofi yang terkandung di dalamnya.