Actanews.id – Pameran seni rupa bertajuk Banyu Kening di Gedung Juang, dalam rangka memperingati Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi ke-253, menghadirkan terobosan unik yang memadukan seni visual dengan tradisi shalawat. Memasuki hari keenam pelaksanaannya, malam ini, Kamis (5/12), pengunjung disuguhkan alunan syahdu shalawat dari grup New Shalawat Club Banyuwangi, menciptakan pengalaman yang memukau secara visual dan spiritual.

Ketua Dewan Kesenian Belambangan (DKB), Hasan Basri, menyebut pameran ini sebagai inovasi seni yang belum pernah dilakukan sebelumnya. “Kami ingin seni tidak hanya menyentuh mata, tetapi juga hati. Dengan menggabungkan seni rupa dan shalawat, kami memberikan ruang bagi pengunjung untuk merenung dan bersyukur,” ungkapnya.
Pameran ini berlangsung sejak 30 November hingga 7 Desember 2024 dan menghadirkan rangkaian kegiatan seni seperti kursus melukis, pentas teater, seminar seni, dan pembacaan puisi. “Seni rupa harus bersinergi dengan seni lain seperti sastra dan musik. Dengan pendekatan ini, kami menciptakan wadah seni yang inklusif,” tambah Hasan Basri.
Syafaat, Ketua Yayasan Lentera Sastra Banyuwangi, turut menekankan pentingnya nilai spiritual dalam seni. “Banyuwangi adalah tempat lahirnya Shalawat Badar. Membumikan tradisi ini melalui pameran seni adalah bentuk penghormatan terhadap budaya lokal,” katanya.
Malam ini, suasana semakin syahdu saat seluruh pengurus DKB bersama pengunjung melantunkan Shalawat Badar. Hal ini menjadi momen refleksi spiritual yang mempererat hubungan antara seni dan nilai religius.
Tema Banyu Kening, yang bermakna air yang jernih, mengandung pesan mendalam tentang kehidupan, kesucian, dan rasa syukur. “Air adalah simbol kehidupan. Filosofi ini kami angkat untuk mengingatkan pentingnya kebersihan hati dan doa dalam setiap langkah hidup,” jelas Syafaat, yang mengaitkan tema ini dengan ajaran Islam tentang air zamzam.
Pengunjung memberikan respons positif terhadap kolaborasi unik ini. “Saya tidak menyangka pameran seni bisa memiliki dimensi spiritual seperti ini. Rasanya sangat menyentuh,” ujar Siti Muslikah, salah satu pengunjung.
Rini Dyah Diningrum, pelukis lokal yang berpartisipasi, mengaku pengalaman ini sangat berarti. “Seni rupa biasanya hanya bersifat visual, tetapi malam ini saya merasakan kekuatan spiritual melalui shalawat,” katanya.
Hasan Basri berharap kolaborasi seni dan spiritualitas ini menjadi tradisi yang terus dikembangkan. “Banyuwangi kaya akan budaya. Kami ingin terus mengangkat nilai-nilai ini melalui seni yang menginspirasi,” tuturnya. Tahun depan, DKB berencana menambahkan pameran kaligrafi Arab untuk memperkaya nuansa spiritual pameran seni.
Pameran Banyu Kening masih akan berlangsung hingga 7 Desember 2024, menawarkan pengalaman unik yang memadukan seni, budaya, dan spiritualitas. “Mari kita rayakan Hari Jadi Banyuwangi dengan memperkuat tradisi dan nilai-nilai luhur melalui seni,” ajak Hasan Basri.